Skip to main content

Sejenak Berefleksi " Berjumpalah dan Temukan Tuhan Dalam Keheningan " Virus Corona"

myavitalia.com - hari ini sebuah tulisan dari karya KH Mustofa Bisri yang dikenal sebagai Gus Mus mengetuk hati saya untuk berefleksi bahwa segala sesuau didunai yang terjadi memiliki sebuah makna yang harus di renungkan.

Salah satu peristiwa yang perlu sungguh direnungkan saat ini adalah sebuah peristiwa wabah korona yang melululantakkan semua kekuasan, kepongahan, dan kediktoran para penguasa serta betapa rapuhnya sebuah ritual keagaamaan yang dipropagandakan untuk kepentingan politk dan kekuasaan.

Kita diberi agama untuk menjadi lebih baik, jangan menjual agama, mempropagandakan agama untuk kepentingan kekuasaan semata dan golongan tertentu saja.

Kegiatan berkumpulnya berpuluh, beratus atau beribu orang untuk berdoa sering kali disalah artikan hanya sebagai existensi, bahwa ingin menunjukkan bahwa ia taat beragama dan dilihat banyak orang, namun pengamalan kasihnya terhadap sesama manusia Nol belaka

Dengan datangnya peristivwa Pandemi Virus Corona memberi pembelajaran kepada kita, bahwa kita tetap masih memiliki Tuhan yang ada disetiap relung hati, disetiap sudut tempat dan disetiap kamu berada dimanapun yang masih dapat kita Jumpai.

"Beragamalah dengan Akal Sehat" - Tuhan memberi akal untuk memecahkan segala permasalahan yang kita alami - Termasuk Cara kita dalam mengatasi Penyebaran Virus Corona Ini.

"Tinggallah Dirumah - Jadikan Semua Selamat karena perbuatan sederhana anda"

Temukanlah Tuhan dalam keheningan, bukan dalam kehiruk pikukan Dunia.

Inilah Kutipan dari Karya Gus Mus yang patut kita renungkan:

Vatikan sepi
Yerusalem sunyi
Tembok Ratapan dipagari
Paskah tak pasti
Ka'bah ditutup
Shalat Jumat dirumahkan
Umroh batal
Shalat Tarawih Ramadhan mungkin juga bakal sepi.

Corona datang
Seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh !
Bahwa "hura-hura" atas nama Tuhan itu semu
Bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi topeng dan komoditi dagangan saja.

Ketika Corona datang,
Engkau dipaksa mencari Tuhan
Bukan di Basilika Santo Petrus
Bukan di Ka'bah.
Bukan di dalam gereja.
Bukan di masjid
Bukan di mimbar khotbah
Bukan di majelis taklim
Bukan dalam misa Minggu
Bukan dalam sholat Jumat.

Melainkan,
Pada kesendirianmu
Pada mulutmu yang terkunci.
Pada hakikat yang senyap
Pada keheningan yang bermakna.

Corona mengajarimu,
Tuhan itu bukan (melulu) pada keramaian
Tuhan itu bukan (melulu) pada ritual
Tuhan itu ada pada jalan keputus-asaanmu dengan dunia yang berpenyakit.

Corona memurnikan agama
Bahwa tak ada yang boleh tersisa.
Kecuali Tuhan itu sendiri!
Tidak ada lagi indoktrinasi yang menjajah nalar.
Tidak ada lagi sorak sorai memperdagangkan nama Tuhan.

Datangi, temui dan kenali DIA di dalam relung jiwa dan hati nuranimu sendiri.
Temukan Dia di saat yang teduh dimana engkau hanya sendiri bersamaNya.

Sesungguhnya Kerajaan Tuhan ada dalam dirimu.
Qalbun mukmin baitullah.
Hati orang yang beriman adalah rumah Tuhan.

Biarlah hanya Tuhan yang ada.
Biarlah hanya nuranimu yang bicara.
Biarlah para pedagang, makelar, politikus dan para penjual agama disadarkan oleh Tuhan melalui kejadian ini.
Semoga kita bisa belajar dan mengambil hikmah dari kejadian ini.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
close